Renungan Akhir Tahun : Hati Jadi Penentu Kebahagiaan Sejati
Semua manusia dipastikan akan mengalami pasang surut dalam menghadapi perjalanan kehidupan. Sehingga dalam Al Quran disebutkan dalam ayatNya secara proporsional dan berimbang. Senang, tenang, gembira, berbunga-bunga, canda tawa, dengan kecewa, kemrungsung , marah dan sedih. Perasaan itu akan terus menghiasi dalam hati di setiap langkah kehidupannya. Itulah yang kemudian Allah menyebut dalam firmanNya dengan istilah ujian. Ujian yang pastinya akan dihadapi oleh seluruh manusia yang diberikan jaminan kehidupan oleh Tuhannya.
Hikmah dari lawan atau (Basa Jawa: kosok balen) perasaan dalam hati itu menjadi jaminan dan keniscayaan. Maka seseorang yang meyakini dengan benar akan janjiNya sukses dan berhasil dalam menjalani dan menghadapi tantangan kehidupan adalah suatu keniscayaan. Seperti Perasaan landai, tenang dan biasa-biasa saja disaat Allah Swt. memberikan perasaan bahagia dengan simbol diberikannya harta benda amwal, materi berbentuk rizki yang nampak atau tak nampak. Ini semuanya adalah jaminan dari Tuhan Allah.
Seseorang sangat merasakan berbunga bunga dalam hatinya disaat Allah Swt. kucurkan nikmat berbentuk material Seperti harta atau fulus yang tidak disangka-sangka, dan berbarengan dengan itu Allah pun turunkan perasaan bahagia atas utuhnya keluarga, dapat berkumpul bersama keluarga, dan semuanya sehat di saat momen indah yang senantiasa di harapkan.
Atau sebaliknya Allah Ta’ala tarik dan menjeda sementara perasaan yang menjadi symbol rasa kebahagiaan dengan berbagai macam indikatornya. Seperti kesedihan, kesakitan, kekecewaan. Padahal hanya terjeda sesaat saja, tidak berlangsung lama sangat sebentar dibandingkan sehatnya, bahagia dan senangnya saat kemurahan dan kelonggaran itu ia rasakan. Namun kadang ia masih enggan mengingat kebaikan yang berbentuk kasih dan sayang Allah Ta’ala.
Nah itu semuanya adalah jaminan dari Allah. Rasa bahagia dengan simbolisasi berbagai macam indikator dan begitu pula perasaan sebaliknya itu benar-benar dikondisikan, diskenariokan oleh Sang Penjaga, Sang Penjamin, Sang Penggenggam alamseisinya yaitu Allah swt.
Dengan demikian hakekat kehidupan seseorang itu telah diasuransikan kesehatan, kebahagiaan dan semacamnya yang dalam istilah lain berada pada tanggungan Allah Swt. Disadari atau tidak, mereka yang taat dan yang maksiat tetap terfasilitasi olehNya. Ia yang sadar diri secara sukarela hanya cukup dibayar dengan syukur dan keyakinan beriringan kekuatan mendekat (muqarabah) berbentuk ketaatan sesuai ketentuanNya.
Kalau toh ia masih ndak mau mengikuti konsepsi yang telah ditentukan olehNya, Dia Allah masih menjamin kebahagiaan, kesehatan, masih bisa merasakan nikmatnya makan dan minum. Bagi mereka yang sakit ya dijamin kesembuhannya, yang punya masalah tetap dipecahkan olehNya. Tetapi itu semua hanya berlalu begitu saja, tak memberikan nilai (value) bagi kehidupannya.
Maka barometernya adalah hati (Qolbu). Hati yang maknanya berbolak-balik menjadi penentu arah mau kemana diri ini berjalan menyusuri titian kehidupan yang penuh tantangan. Untuk itu di akhir penghujung tahun 2023 ini sangat penting untuk introspeksi muhasabah dengan memerankan dominan hati kita, karena sadar atau tidak hati menjadi driver kehidupan kita. Semoga Allah senantiasa membimbing diri kita di setiap momen kehidupan bernilai hikmah dan kita dikuatkan untuk mampu menyusurinya. Amin.
Ditulis Oleh : Akhmad Faozan, Guru SD Muhammadiyah Kriyan